Kamis, 04 November 2010

Inilah Waktumu, Para Pemuda Dambaan Islam...!!


Masa Muda, Waktu Utama Beramal Sholeh

Editing : Abu Azmi Ammar Husni Baisa

Waktu muda, kata sebagian orang adalah waktu untuk hidup foya-foya, masa untuk bersenang-senang. Sebagian mereka mengatakan, “Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga.” Inilah guyonan sebagian pemuda jaman Sekarang. Bagaimana mungkin waktu muda foya-foya, tanpa amalan sholeh, lalu mati bisa masuk surga[?] Sungguh hal ini dapat kita katakan "sangatlah mustahil". Untuk masuk surga pastilah ada sebab dan tidak mungkin hanya dengan foya-foya seperti itu. Semoga melalui risalah ini dapat membuat para pemuda seperti kita sadar, sehingga mereka dapat memanfaatkan waktu mudanya dengan sebaik-baiknya (semoga hal ini--memanfaatkan waktu sebaik-baiknya-- juga dapat dilimpahkan kepadaku). Hanya pada Allah-lah tempat kami bersandar dan berserah diri.


Wahai Pemuda,Wahai Kaum Muslimin yang didambakan Islam,, Hidup di Dunia Hanyalah Sementara


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seorang sahabat yang tatkala itu berusia muda (berumur sekitar 12 tahun) yaitu Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma. (Syarh Al Arba’in An Nawawiyah Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, 294). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundaknya lalu bersabda,

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ , أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

“Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.” (HR. Bukhari no. 6416)

Lihatlah nasehat yang sangat bagus sekali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat yang masih berusia belia.

Ath Thibiy mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkan/mengumpamakan orang yang hidup di dunia ini dengan orang asing (al ghorib) yang tidak memiliki tempat berbaring dan tempat tinggal. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan lebih lagi yaitu memisalkan dengan pengembara. Orang asing dapat tinggal di negeri asing. Hal ini berbeda dengan seorang pengembara yang bermaksud menuju negeri yang jauh, di kanan kirinya terdapat lembah-lembah, akan ditemui tempat yang membinasakan, dia akan melewati padang pasir yang menyengsarakan dan juga terdapat perampok. Orang seperti ini tidaklah tinggal kecuali hanya sebentar sekali, sekejap mata.” (Dinukil dari Fathul Bari, 18/224)

Negeri asing dan tempat pengembaraan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah dunia dan negeri tujuannya adalah akhirat. Jadi, hadits ini mengingatkan kita dengan kematian sehingga kita jangan berpanjang angan-angan. Hadits ini juga mengingatkan kita supaya mempersiapkan diri untuk negeri akhirat dengan amal sholeh. (Lihat Fathul Qowil Matin)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi)

‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu juga memberi petuah kepada kita,

ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً ، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ

“Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad-)

Manfaatkanlah Waktu Muda, Sebelum Datang Waktu Tuamu


Lakukanlah lima hal sebelum terwujud lima hal yang lain. Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara:
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”

(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)

Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
maksudnya: “Lakukanlah ketaatan ketika dalam kondisi kuat untuk beramal (yaitu di waktu muda), sebelum datang masa tua renta.”

Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
maksudnya: “Beramallah di waktu sehat, sebelum datang waktu yang menghalangi untuk beramal seperti di waktu sakit.”

Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
maksudnya: “Manfaatklah kesempatan (waktu luangmu) di dunia ini Untuk Menuntut Ilmu Agama Sebanyak-banyaknya, sebelum datang waktu sibukmu di akhirat nanti. Dan awal kehidupan akhirat adalah di alam kubur.”

Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
maksudnya: “Bersedekahlah dengan kelebihan hartamu sebelum datang bencana yang dapat merusak harta tersebut, sehingga akhirnya engkau menjadi fakir di dunia maupun akhirat.”

Hidupmu sebelum datang kematianmu,
maksudnya: “Lakukanlah sesuatu yang manfaat untuk kehidupan sesudah matimu, karena siapa pun yang mati, maka akan terputus amalannya.”

Al Munawi mengatakan,

فَهِذِهِ الخَمْسَةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلاَّ بَعْدَ زَوَالِهَا

“Lima hal ini (waktu muda, masa sehat masa luang, masa kaya dan waktu ketika hidup) barulah seseorang betul-betul mengetahui nilainya setelah kelima hal tersebut hilang.” (At Taisir Bi Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 1/356)

Benarlah kata Al Munawi. Seseorang baru ingat kalau dia diberi nikmat sehat, ketika dia merasakan sakit. Dia baru ingat diberi kekayaan, setelah jatuh miskin. Dan dia baru ingat memiliki waktu semangat untuk Menuntut Ilmu serta beramal di masa muda, setelah dia nanti berada di usia senja yang sulit beramal. Penyesalan tidak ada gunanya jika seseorang hanya melewati masa tersebut dengan sia-sia.

Orang yang Beramal di Waktu Muda Akan Bermanfaat untuk Waktu Tuanya


Dalam surat At Tiin, Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi ‘Ulul Azmi yaitu [1] Baitul Maqdis yang terdapat buah tin dan zaitun –tempat diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam-, [2] Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihis salam, [3] Negeri Mekah yang aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, Allah Ta’ala pun berfirman,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At Tiin [95]: 4-6)

Maksud ayat “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” ada empat pendapat. Di antara pendapat tersebut adalah “Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya sebagaimana di waktu muda yaitu masa kuat dan semangat untuk beramal.” Pendapat ini dipilh oleh ‘Ikrimah.

“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” Menurut Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Ibrahim dan Qotadah, juga Adh Dhohaq, yang dimaksudkan dengan bagian ayat ini adalah “dikembalikan ke masa tua renta setelah berada di usia muda, atau dikembalikan di masa-masa tidak semangat untuk beramal setelah sebelumnya berada di masa semangat untuk beramal.” Masa tua adalah masa tidak semangat untuk beramal. Seseorang akan melewati masa kecil, masa muda, dan masa tua. Masa kecil dan masa tua adalah masa sulit untuk beramal, berbeda dengan masa muda.

An Nakha’i mengatakan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana amal yang dulu dilakukan pada saat muda. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah (yang artinya): bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”

Ibnu Qutaibah mengatakan, “Makna firman Allah (yang artinya), “Kecuali orang-orang yang beriman” adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat kondisi fit (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka, walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan di saat usia senja. Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua renta), dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.” (Lihat Zaadul Maysir, 9/172-174)
Begitu juga kita dapat melihat pada surat Ar Ruum ayat 54.

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum: 54)

Ibnu Katsir Rahimahullah
mengatakan, “(Dalam ayat ini), Allah Ta’ala menceritakan mengenai fase kehidupan, tahap demi tahap. Awalnya adalah dari tanah, lalu berpindah ke fase nutfah, beralih ke fase ‘alaqoh (segumpal darah), lalu ke fase mudh-goh (segumpal daging), lalu berubah menjadi tulang yang dibalut daging. Setelah itu ditiupkanlah ruh, kemudian dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan lemah, kecil dan tidak begitu kuat. Kemudian si mungil tadi berkembang perlahan-lahan hingga menjadi seorang bocah kecil. Lalu berkembang lagi menjadi seorang pemuda, remaja. Inilah fase kekuatan setelah sebelumnya berada dalam keadaan lemah. Lalu setelah itu, dia menginjak fase dewasa (usia 30-50 tahun). Setelah itu dia akan melewati fase usia senja, dalam keadaan penuh uban. Inilah fase lemah setelah sebelumnya berada pada fase kuat. Pada fase inilah berkurangnya semangat dan kekuatan. Juga pada fase ini berkurang sifat lahiriyah maupun batin. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban”.” (Tafsir Al Qur’an Al Azhim pada surat Ar Ruum ayat 54)

Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal serta Menuntut Ilmu Agama Ini, Saudarku. Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah Engkau sia-siakan.

Jika engkau masih berada di usia muda, maka janganlah katakan: jika berusia tua, baru aku akan Menuntut Ilmu dan beramal.

Daud Ath Tha’i mengatakan,

إنما الليل والنهار مراحل ينزلها الناس مرحلة مرحلة حتى ينتهي ذلك بهم إلى آخر سفرهم ، فإن استطعت أن تـُـقدِّم في كل مرحلة زاداً لما بين يديها فافعل ، فإن انقطاع السفر عن قريب ما هو ، والأمر أعجل من ذلك ، فتزوّد لسفرك ، واقض ما أنت قاض من أمرك ، فكأنك بالأمر قد بَغَـتـَـك

Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya safar boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tetapi ingat, kematian itu datangnya tiba-tiba. (Kam Madha Min ‘Umrika?, Syaikh Abdurrahman As Suhaim)

Semoga maksud kami dalam tulisan ini sama dengan perkataan Nabi Syu’aib,

إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud [11]: 88)

Semoga Allah memperbaiki keadaan segenap Pemuda-Pemudi yang membaca Nasihat Singkat ini.
Karena Merupakan Kewajiban bagi Setiap Muslim untuk Saling Menasihati...
Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada Kita semua ke jalan yang lurus..
Wahai Para pemuda Dambaan Islam,,Mari kita Tuntut Ilmu Agama ini,. Bagaimana Islam ini akan Berjaya jikalau kita (termasuk saya sendiri) hanya Malas-malasan di rumah dengan beribu alasan untuk mengatakan "Tidak" bagi menuntut Ilmu Dien (Agama).. Tidak ada kerugian Sedikitpun dari kita Menuntut Ilmu ini, Saudaraku....
Semoga Allah senantiasa memberi semangat untuk kita menuntut Ilmu Agama Ini..

Wallahu a'lam..
Baca Selengkapnya...

Senin, 01 November 2010

Maukah Engkau Mengetahui apa Saja Ciri Khas Islam Itu...??


oleh : Abu Azmi Ammar Husni Baisa

Segala puji bagi Allah, kami memuji dan memohon pertolongan serta ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi Petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk
Aku Bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah padanya, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga hari kiamat kelak.


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda,

“Tidaklah Sekelompok manusia berkumpul di salah satu Rumah-Rumah Allah (Masjid), mereka membaca Al-Qur’an, dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada Mereka Ketenangan, Rahmat Allah akan meliputi mereka, malaikat akan mengelilingi majelis mereka, serta Allah akan memuji mereka dikalangan Malaikat yang ada disisi-Nya”
(HR. Muslim)


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga Bersabda mengenai keutamaan para Penuntut Ilmu (Agama),

“Barangsiapa yang melangkahkan kakinya dalam rangka mempelajari Ilmu Agama, Maka Allah akan Mudahkan Jalannya menuju Surga”
(HR. Muslim)


Saudara,Saudariku Tercinta…
Membahas tentang Islam, sebuah hal yang tidak bisa dipisahkan adalah kita membahas tentang Ciri khas Islam, Keindahan Islam, serta Keistimewaan Islam. Tetapi perlu kalian ketahui, akhi,ukhti, membahas tentang Ciri khas Islam ini memiliki beberapa Manfaat,

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullahu ta’ala
(salah seorang ulama Tafsir Abad ini) menyebutkan dalam kitabnya menyebutkan beberapa Manfaatnya, diantaranya,

1.Pembahasan ini merupakan Pembahasan yang amat Mulia serta sebaik-baik Amal Shaleh, karena kita mempelajari Agama yang telah diridhai oleh Allah.

2.Salah Satu bentuk Syukur kita kepada Allah dan juga mengenal nikmat Allah yang paling Besar, yaitu Nikmat Islam, Nikmat hidup di bawah Naungan Satu-satunya Agama yang diridhai oleh Allah di sisi-Nya, yaitu Al-Islam.oleh karena itu, kita Harus Berbangga diri dengan Agama kita ini, Agama Islam.


Ibnu Qudamah rahimahullah menyebutkan dalam kitabnya, Mukhtasar Minhajil Qashidin bahwa Bersyukur itu ada tiga macam:

-. Bersyukur dengan Hati
-. Mengucapkan dengan Lisan.
-. Menggunakan Nikmat tersebut sesuai tuntunan dan perintah.


3.Semakin mengokohkan keimanan kita kepada Allah.

Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Alu Badr Hafidzhahullah berkata,
“ Mempelajari Ilmu Agama merupakan salah satu pintu yang membukakan untuk bertambahnya keimanan kita kepada Allah”

4.sebagai Washilah / Sarana untuk seorang Muslim mendakwahkan Islam yang sebenarnya (yaitu Islam yg ada di dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah) kepada kaum Kafir.Jika ingin mengenal Islam, bukanlah dari perilaku Kaum Muslimin, akan tetapi patokan kebenaran islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman para Sahabat. Itulah Islam yang sebenarnya.

Setelah kita mengetahui Manfaat atau Faedah mempelajari tentang Seluk-beluk Islam ini, maka, Apa saja Ciri-Ciri Khas Islam itu Sendiri…??

CIRI KHAS ISLAM

1.Islam adalah Agama TAUHID.

Yang dimaksud At-Tauhid disini adalah Ifradullah bil Ibadah ( Meng-Esa-kan Allah dlm Beribadah)

** “artinya: Padahal mereka hanya Diperintahkan untuk Mengikhlaskan Menyembah kepada Allah semata…..”
(QS. Al-Bayyinah : 5)

** “artinya: Katakanlah, Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, hidupku, dan Matiku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam”
(QS. Al-An’am : 162

Inilah Islam yang Hakiki, Islam yang selalu mengajak Manusia secara Umum kepada At-Tauhid (mengEsakan Allah), tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu Apapun, menyerahkan seluruh Hidup dan Mati hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala

** “artinya: Wahai manusia! Sembahlah Rabbmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”
(QS. Al-Baqarah : 21)

Ayat ini merupakan ayat pertama dalam Al-Qur’an yang berisi perintah untuk Menyembah hanya kepada Allah semata.

** “artinya : Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun”
(QS. An-Nisa’: 36)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah menjelaskan di kitab Al-ubudiyyah

Definisi ibadah adalah Suatu Nama yang mencakup hal-hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan baik Amalan Lahir maupun Batin.

Sedangkan Arti Islam sendiri,
menurut Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab Al-Ushul Ats-tsalatsah,

Islam Adalah, Menyerahkan diri kepada Allah, Tunduk dan Patuh kepada Perintah-Nya, serta Berlepas diri dari Kesyirikan dan para pelakunya

Inilah Islam… Islam adalah Agama yang dibangun diatas Tauhid.

Contoh Ibadah:

A.Do’a

**. “….Aku Kabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a Kepada-Ku….”
(QS. Al-Baqarah : 186)

B.Berkurban

**.“maka laksanakanlah Shalat karena Tuhanmu, dan Berkurbanlah..”
(QS. Al-kautsar : 2)

C.Meminta Pertolongan dikala Susah (Istighasah)


**. “(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu…”
(QS. Al-Anfal : 9)

** namun yang perlu diperhatikan disini adalah cara melakukan Istighasah itu sendiri. Istighasah bukan dengan bersama-sam berkumpul di lapangan lalu berdo’a bersama.. bukan seperti itu. Karena yg demikian itu tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat.

Inilah Islam… Islam selalu menggembleng seorang Muslim ataupun Muslimah untuk selalu Mengokohkan Tauhidnya.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pada saat menasihati Ibnu Abbas yg waktu itu masih kecil, Rasulullah mengatakan:

“Jagalah Allah, Allah akan Menjagamu! Jagalah Allah maka Allah akan ada dihadapanmu! Apabila engkau memohon, Mohonlah kepada Allah! Dan apabila Engkau meminta pertolongan, Mintalah hanya Kepada Allah semata..”
(HR. Tirmidzi)

Dari sini kita dapat memahami, Bahwa Dakwah Tauhid adalah sesuatu yang Urgen, sesuatu yang Penting, sesuatu yang harus didakwahkan sebelum membahas (berdakwah) Masalah Fiqih, sebelum Membahas Masalah Politik, Sebelum membahas Masalah Jihad.. Lihatlah Rasul ketika menasihati seorang sahabat yg masih kecil saat itu, langsung dengan Dakwah Tauhid,,tidak Pantas kita, yang mengaku sebagai Umat Muhammad Shallallahu alaihi wasallam untuk berpaling atau mengesampingkan Dakwah Tauhid dalam berdakwah..

**Tauhid adalah tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini,


Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan tidaklah Aku Ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk Beribadah (semata-mata) kepada-Ku..”
(QS. Ad-Dzariat : 56)

** Tauhid adalah tujuan utama Allah mengutus Nabi dan Rasul kepada Manusia.


Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan sungguh, kami telah mengutus rasul untuk setiap umat untuk menyeru “Sembahlah Allah dan Jauhilah Thaghut”….”
(QS. An-Nahl : 36)

** Tauhid adalah Inti Dakwah para Nabi dan Rasul.


Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada Kaumnya, lalu dia berkata,”Wahai Kaumku! Sembahlah Allah dan Tidak ada Sesembahan bagimu selain Dia…”
(QS. Al-A’raf : 59)

“Dan kepada Kaum ‘Ad (kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata,”Wahai kaumku, Sembahlah Allah! Dan Tidak ada Sesembahan bagimu selain Dia…”
(QS. Al-A’raf : 65)

“Dan kepada Kaum Tsamud (kami utus) saudara mereka Shalih. Dia berkata,”Wahai kaumku, Sembahlah Allah! Dan Tidak ada Sesembahan (yang Haq) bagimu selain Dia…”
(QS. Al-A’raf : 73)

“Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Mahaesa, Mahaperkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat, baik oleh kamu maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan sesuatu keterangan pun tentang hal itu. Tidak ada Hukum kecuali Hukum Allah**. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia, Inilah Agama yang Lurus…”
(Qs. Yusuf : 39-40)

** maksud “Hukum Allah” disini adalah tidak ada penyembahan yg Haq kecuali kepada Allah.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata:

“Perumpamaan orang yang bijak dalam berdakwah itu, Fokus Dakwahnya adalah Mengokohkan pondasi dalam Bangunan Agamanya.. sedangkan Orang yg Jahil (bodoh), mereka membangun Bangunan yang sangat tinggi tanpa terlebih dahulu untuk memenguatkan Pondasinya, yang pada Akhirnya runtuh mengenai kepalanya”

KEUTAMAAN TAUHID


a.Salah satu penyebab diampuninya Dosa


b.Tauhid adalah Jalan satu-satunya mendapat kesenangan di dunia dan kemuliaan di Akhirat serta mendapat Petunjuk dari Allah.

c.Allah akan menjadikan kita Khalifah di muka Bumi ini.(QS. An-Nur : 55)




2.Islam adalah Agama yang Sempurna

“…. Pada hari ini telah Aku sempurnakan Agamamu, dan telah Aku cukupkan Nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku Ridhai Islam sebagai Agamamu…..”
(QS. Al-Ma’idah : 3)

** Imam Ibnu Katsir berkata
“ayat ini merupakan Nikmat Allah yang terbesar bagi ummat ini,yang mana Allah telah menyempurnakan Agama Islam bagi mereka, maka mereka (umat Islam) tidak membutuhkan Nabi, Agama lain. Oleh karena itu Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam kepada Jin dan Manusia. Tidak ada yang Halal kecuali yang telah Dihalalkan oleh Rasulullah, dan tidak ada yg Haram kecuali yg telah Diharamkan oleh Rasulullah. Maka, apa-apa yg tidak menjadi agama pada saat itu, hingga kapanpun tidak akan pernah menjadi Agama.

Alangkah mulianya Islam… karena Islam juga Menjaga atas 5 hal:

1).Islam Menjaga Agama ini atas segala bentuk penyimpangan.

2).Islam Menjaga Jiwa Manusia

3).Islam Menjaga Kehormatan Manusia, khususnya Wanita Muslimah (QS. An-Nur : 4)

4).Islam menjaga Nasab Keturunan Manusia ( An-Nur : 2)

5).Islam menjaga Harta Manusia.

Ittabi'u wa laTabtadi'u (Ikutilah Rasulullah dan Jangan membuat perkara-perkara yang baru dalam Agama ini)
3.Islam adalah Agama Pertengahan.

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan…”
(QS. Al-Baqarah : 143)

sebagai contoh Islam adalah agama pertengahan adalah Masalah Nabi.
Di agama Nashrani, mereka terlalu “Ekstrim” dalam mengkultuskan Nabi Isa alaihissalam. Sampai mereka mengatakan Isa itu adalah Tuhan dari tuhan yang tiga.. Tapi di dalam Islam, kita berada pada pertengahan, kita mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah (Rasul Allah), namun Rasulullah adalah seorang manusia biasa, bukan Tuhan.. Allah berfirman :

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu….”
(QS. Al-Kahfi : 110)

Seorang Rasul di utus kepada kaumnya adalah untuk dita’ati, bukan untuk diperTuhankan..!! inilah sikap pertengahan Kaum Muslimin..

Demikian pula Islam Pertengahan antara Kaum Yahudi dan Nashrani dalam masalah Fiqh (thoharoh). Orang yahudi, ketika isteri mereka sedang haid, mereka tidak mau duduk bersama atau makan bersama-sama dengan isteri-isteri mereka. Adapun orang Nashrani, mereka berlebihan dengan Isteri mereka, dengan tetap (maaf) menggaulinya, meskipun isteri mereka sedang Haid. Adapun Islam memerintahkan untuk tidak menyetubuhi Isteri-Isterinya ketika Haid, namun masih tetap membolehkan untuk duduk-duduk, mengobrol, atau makan bersama.

Inilah Islam, Islam tidak “Ekstrim” juga tidak “meremehkan” tentang ajaran agama khususnya masalah Fiqh. Namun Pertengahan Islam haruslah dengan dalil, bukan pertengahan sesuai akal, perasaan atau hawa nafsu.

Orang Yahudi secara Ilmu, mereka mengetahui tapi “Tidak Mau” mengamalkan. Sedangkan Orang Nashrani, mereka bersemangat untuk mengamalkan, tapi “Tidak Berilmu”... tapi Islam, mengajarkan Untuk Mengamalkan sesuatu dengan Ilmu, artinya, melandasi setiap perkara Agama yang harus diamalkan dengan adanya Ilmu terlebih dahulu.. hal ini (memiliki Ilmu) dapat terwujud bila, seorag Mukmin bersemangat untuk mencarinya..

“Barangsiapa yang dikehendaki Allah suatu kebaikan, Maka Allah akan memberi Kepahaman dalam (ilmu) agamanya”
(HR. Muslim)


4.Islam adalah Agama Kasih Sayang

Allah berfirman :
“dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”
(QS. Al-Anbiya’ : 107)

Islam mengajarkan kita untuk saling mengasihi antara seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya.

“Barangsiapa yg tidak mengasihi Manusia, maka Allah tidak akan mengasihinya”
(Muttafaq alaih)

Ini sekaligus menjadi bantahan yang “telak” bagi para Teroris yang mengatasnamakan teror dengan bom bunuh diri dengan sebutan “ajaran Islam”.. Bagaimanakah mereka bisa menyebut “teror” dengan ajaran Islam, padahal mereka berkiblat atau mengambil Ilmu dari seorang Ahli Ekonomi (Osama Bin Laden), bukan seorang Ahli Ilmu?? Itu yang semestinya dipahami Rakyat untuk tidak mudah mengidentikkan “teror” dengan Islam.

Islam juga menyuruh kita untuk berbuat adil dengan siapa saja, meskipun kepada kaum kafir,

“Sesungguhnya Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan Agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku Adil”
(QS. Al-Mumtahanah : 8)

**namun yang perlu dipahami disini adalah kita boleh berlaku adil dan berbuat baik kepada kaum kafir, asalkan masih sesuai batasan-batasan Islam agar kita tidak sampai “menggadaikan” aqidah kita dengan berdalih dengan “keadilan”..

5.Islam adalah Agama yang Mudah

Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan Shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu Junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayyamumlah dengan debu yang suci. Allah tidak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnaan Nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur”
(QS. Al-Ma’idah : 6)

Subhanallah… Sungguh Indah dan Mudah Islam itu saudara, Saudariku….
Islam tidak menghendaki kesulitan Bagimu, namun Islam ingin Memuliakanmu…
Sungguh “aneh” (semoga dia mendapatkan Hidayah oleh Allah) jika ada seorang Muslim yang mengatakan dengan terang-terangan jika ajaran Islam itu sudah usang dan tidak relevan lagi untuk menyelesaikan Masalah yang timbul pada masa Sekarang,, “itu kan zaman dahulu…”, Masya Allah… kesempurnaan Islam itu hingga berakhirnya alam semesta ini saudar, Saudariku.. Masuklah Islam secara keseluruhan jika kau ingin Mengenalnya lebih Jauh akan kesempurnaannya…!!

Islam itu Mudah..namun jangan dimudah-mudahkan.. “Mudah”nya Islam haruslah disertai dalil, bukan dengan Hawa Nafsu kita..


Semoga melalui catatan “singkat” ini, kita semakin dapat mengenal tentang Islam yang “Sebenarnya”..
Dan Semoga Allah semakin memberi kepahaman kepada kita tentang Agama yang Sempurna ini, Dienul Islam.
Semoga Allah mewafatkan kita semua di atas Islam dan di atas Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Wallahu A'lam...
Baca Selengkapnya...

Urgensi dan kebutuhan kita untuk Menuntut Ilmu Agama


"Hidup bahagia,mati masuk syurga”

yup,pasti setiap orang ingin seperti itu.
Jadi apa yang dapat kita lakukan untuk mewujudkannya?

Allah Ta’ala telah mengajarkan sebuah doa dalam firmanNya:

”Wahai Rabb kami,berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat” (QS.Al-Baqarah : 201)

Al-Hasan rahimahullah (wafat th. 110 H) berkata, ”Yang dimaksud kebaikan dunia adalah ilmu dan ibadah, dan kebaikan akhirat adalah Syurga

Sedangkan Ibnu Wahb (wafat th.197 H) rahimahullah berkata, ”Aku mendengar Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata ”Kebaikan di dunia adalah rizki yang baik dan ilmu, sedangkan kebaikan di akhirat adalah syurga”


Perhatikanlah bagaimana para ulama memegang ilmu sebagai sumber kebaikan di dunia,yang dengannya dapat diraih pula kebaikan di akhirat berupa syurga.Karena itu, hal utama yang harus kita lakukan untuk mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah dengan terus menerus mengejar ilmu dengan mengikhlaskan niat karena Allah Ta’ala.Ilmu yang dimaksud adlah ilmu yang bermanfaat.

Imam Ibnu Rajab (wafat th.795 H) rahimahullah mengatakan bahwa ”Ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal : Pertama,mengenal Allah Ta’ala dan segala pa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini mengharuskaan adanya pengagungan, rasa takut,cinta,harap,dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan segala musibah yang Allah Ta’ala berikan.

Kedua, mengetahui segala apa yang dibenci dan dicintai Allah Azza wa Jalla dan menjauhi apa yang dibenci dan dimurkai olehNya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin. Hal ini emengharuskan orang yang mengetahuinya untukbersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan kedua hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat.

Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap dalam hati maka sungguh, hati itu akan tunduk dan meras patuh pada Allah Azza wa Jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit dari keuntungan dunia yang halal dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qanaah dan zuhud di dunia.”

Rasululah Salallahu Allaihi Wasallam mendoakan orang-orang yang mendengarkan sabda beliau dan memahaminya dengan keindahan dan berserinya wajah. Beliau bersabda :

”Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadist dari kami, lalu menghafalkannya dan menyampaikannya kepada orang lain. Banyak orang yang membawa fiqih namun dia tidak memahami. Dan banyak orang yang menerangkan fiqih pada orang yang lebih faham darinya. Ada tiga hal yang tidak dapat dpungkiri hati seorang muslim selama-lamanya: melakukan sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasehati ulul amri (penguasa) dan berpegang teguh pada jama’ah kaum muslimin,karena do’a mereka meliputi orang-orang ayng berada dibelakang mereka.”

Beliau bersabda,

”Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya,menjadikan kekayaan di hatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang tealah ditetapkan baginya.” (Hadist Shahih diriwayatkan oleh Ahmad (V/183),ad-Darimi(I/75),Ibnu Hibban (no 72,73-Mawarid),Ibnu’Abdil Barr dalam Jaami’Bayaanil’Ilmi wa Fadhlihi(I/175-176,no.184),lafazh hadist ini milik Imam Ahmad dari Abdurrahman bin Aban bin ’Utsman radhiyallahu’anhum)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut Ilmu agama, maka Allah akan udahkan jalannya menuju surga"
(HR. Muslim)

Jadi, ayo semangat menuntut ilmu..!!
supaya bahagia dunia dan akhirat, InsyaAllah. Jangan lupa ikhlaskan niat pada Allah Subhanahu Wa ta’ala.


Israil bin Yunus (wafat th.160 H) rahimahullah mengatakan,

”Barangsiapa menuntut ilmu karena Allah Ta’ala, maka ia mulia dan bahagia di dunia.Dan barangsiapa menuntut ilmu bukan karena Allah, maka ia merugi di dunia dan akhirat.”

Dan diantara doa yang Rasulullah ucapkan adalah : ”Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat,rizki yang halal, dan amal yang diterima.”

Wallahu’alam bishawab

Disarikan dari buku: Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga, oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawaz
Baca Selengkapnya...